Senin, 04 Maret 2013

Drum Band Pemuda Persis Cirengit Tahun 1965


Sedikit bernostalgia mengenai kerinduan saya terhadap sosok seorang ayah yang hingga tulisan ini di buat telah meninggalkan kami 3 tahun yang lalu. Beliau pernah bercerita tentang keikutsertaannya di masa muda dalam barisan drumband Pemuda Persis Cirengit tahun 1965. Beliau sempat mempraktekkan bagaimana cara memukul drumband pada saat itu. Kenangan beliau ini sangat membekas di hati penulis karena penulis pun sama-sama pernah menjadi salah satu personil drumband ketika menginjak kelas 2 tsanawiyyah di dalam barisan drumband Pesantren Persatuan Islam No. 31 Banjaran tingkat Tsanawiyyah.
Ayah saya menceritakan bagaimana sejarah berdirinya pasukan drumband Pemuda Persis Cirengit dari sudut pandangnya. Alat-alat tersebut hasil swadaya masyarakat Persis kampung Cirengit dan dari para aghniya. Bahkan yang paling hebat lagi demi menambah dana pembelian drumband tersebut para Pemuda Persis pada waktu itu rela ngaborong ngabedug macul di sawah bersama-sama dan upah kerja borongan tersebut di gunakan untuk menambah dana pembelian alat-alat drumband tersebut. Sebuah perjuangan yang luar biasa dan patut di contoh oleh generasi muda yang sekarang.
Ide pembentukan pasukan drumband ini berasal dari Aki Ayut salah satu tokoh pemuda yang berpengaruh di Cirengit pada saat itu. Beliau memiliki kenalan prajurit TNI yang bertugas di Sendam Siliwangi kemudian beliau meminta kepada kenalan prajurit tersebut untuk melatih rekan-rekan pemuda persis cirengit dan kenalannya tersebut akhirnya menyetujui. Maka dimulailah latihan memainkan alat-alat drumband tersebut setiap sore menjelang magrib. Latihan dilaksanakan di lapangan dan kadang kala langsung di jalan-jalan di sekitar Cirengit. Kepada para pelatih tersebut tak lupa selalu diberi uang kadeudeuh tiap kali latihan untuk membalas jasanya.
Aki Ayut sebagai seorang yang pertama kali memiliki ide tersebut tidak masuk menjadi personil pasukan drumband tersebut. Beliau berperan sebagai menejer dalam pasukan tersebut. Personil pasukan tersebut diisi oleh para Pemuda Persis Cirengit. Sebagai mayoret dalam tim tersebut adalah H. Asep Anwar. Beliau dengan lincahnya memainkan tongkat sambil sesekali menerbangkannya ke udara. Atraksi tersebut selalu mengundang decak kagum dari orang-orang yang menonton latihan tersebut. Ayah saya yang bernama Ayat Ruba’i berperan memegang sner drum. Menurut beliau, lagu-lagu yang dibawakan pada saat itu adalah lagu-lagu perjuangan dan lagu-lagu nasional seperti lagu Halo-halo Bandung dan lain sebagainya. H. Iskandar bertugas memainkan alat balera. Beliau dengan lincahnya memainkan alat tersebut. Personil yang lainnya ada yang memegang trompet, tambur, suling dan lain sebagainya.
Menurut H. Asep pasukan drumband pada waktu itu memang sengaja di persiapkan untuk mengikuti setiap perayaan hari kemerdekaan RI. Pada saat itu seluruh elemen masyarakat di kecamatan Banjaran turut berpartisipasi dalam acara perayaan hari kemerdekaan RI tersebut tak terkecuali elemen dari Partai Komunis Indonesia yang ada di kecamatan Banjaran. Salah satu basis utama kekuatan PKI di kecamatan Banjaran adalah di daerah sekitar Cangkuang. Mereka tergabung dalam beberapa ormas pendukung PKI dari mulai Gerwani dan Lekra. Ormas-ormas pendukung PKI tersebut menggunakan pendekatan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berbau kebudayaan sunda. Mereka menampilkan kesenian Dogdog ketika mengikuti acara perayaan hari kemerdekaan RI. Penampilan mereka layaknya para jawara di tatar sunda dengan memakai pakaian tradisional sunda. Untuk kaum laki-laki menggunakan pakaian kampret hitam dengan iket di kepala sedangkan perempuannya memakai pakaian kebaya. Dalam penampilannya mereka selalu mendemonstrasikan kekuatan fisik mereka seperti mengacung-ngacungkan golok dan bernyanyi seperti layaknya orang yang sedang kesurupan. Hal ini dilakukan untuk mempengaruhi masyarakat yang kontra dengan mereka supaya takut akan keberadaan mereka. Tapi untungnya penampilan tersebut bisa di imbangi oleh penampilan pasukan drumband Pemuda Persis Cirengit. Suara dentuman drumband yang membahana ke semua penjuru tempat yang dilewatinya bisa mendominasi suasana pada waktu itu seperti yang di kutip oleh Ust. Kurniawan Nurdin dalam bukunya yang berjudul Sejarah Perjuangan Persatuan Islam Banjaran (1942-1983). Disana disebutkan bahwa penampilan pasukan drumband Pemuda Persis dapat mengalahkan penampilan dari penampilan kesenian ormas-ormas pendukung PKI bahkan bisa menjadi juara selama tiga tahun berturut-turut.
Persiapan di Cirengit bukan saja berlatih baris-berbaris tetapi ada hal yang menarik. Yaitu ide seorang anggota Persis Cirengit yang memiliki kenalan di Sendam Siliwangi untuk membuat sejenis pasukan drumband.
Dengan mendatangkan kurang lebih 7 orang anggota Sendam Siliwangi, mereka melatih pasukan Pemuda Persis Cirengit tata cara baris-berbaris dan cara memainkan peralatan drumband yang memakan waktu kurang lebih satu minggu.
Persiapan ini dikoordinasikan dengan Pimpinan Cabang di Banjaran dengan rencana pemberangkatan akan dilakukan dari Cirengit menuju ke Pajagalan untuk bergabung dengan Pemuda Persis di Banjaran kemudian dari Pajagalan berangkat menuju Alun-alun yang diiringi dengan iringan drumband Pemuda Persatuan Islam.
Pada hari H, tanggal 16 Agustus 1965, pasukan pemuda Persis berseragam kemeja putih, celana hitam dan memakai topi/kopiah yang menunjukkan performa modern yang tampil rapi dan sopan sekaligus mengesankan (boleh dikatakan merupakan penampilan terbaru di dalam sejarah pawai dan lomba baris-berbaris pada saat itu).
Dengan langkah tegap, pemuda persis berbaris mengikuti derap suara drumband yang mampu mendominasi suasana pawai pada saat itu, bahkan ketika memasuki Alun-alun suara dentuman alat-alat drumband mampu menjadi warna dominan pada waktu itu.
Semua mata melirik, seluruh perhatian masyarakat terpusat kepada penampilan barisan Pemuda Persis yang berseragam modern dengan iringan suara drumband. Tak dapat dipungkiri kembali bahwa kejatuhan wibawa barisan ormas PKI yang selama ini sering mendominasi lomba baris-berbaris setiap tanggal 16-17 Agustus terjadi pada saat itu (16 Agustus 1965) dan masyarakat menjadi saksi akan peristiwa tersebut.
Pemuda persis telah mencatat sejarah baru dengan memperoleh penghargaan sebagai juara pertama lomba baris-berbaris yang dapat dipertahankan selama 3 tahun berturut-turut.  (Sumber : Nurdin, Kurniawan “Sejarah Perjuangan Persatuan Islam Banjaran (1942-1983)”. PC Pemuda Persis Banjaran, Bandung; 2003). Halaman 81-83.

Tak dapat dipungkiri bahwa peran pasukan drumband Pemuda Persis Cirengit pada waktu itu semakin menambah syiar Persatuan Islam di kecamatan Banjaran. Pada tahun 1965 kondisi sosial politik di tingkat nasional turut mempengaruhi kondisi sosial politik di daerah tak terkecuali di kecamatan Banjaran. Perkembangan PKI di tingkat nasional terbilang sangat pesat dalam pengembangan kualitas dan kuantitas keorganisasiannya. Banyak orang-orang di daerah yang terpengaruh oleh perkembangan faham PKI tersebut. Untuk kecamatan Banjaran faham tersebut berkembang di sekitar wilayah Cangkuang. Faham PKI di wilayah tersebut tumbuh subur  karena di topang oleh kondisi pemahaman keislaman yang kurang dan masih sangat kentalnya budaya sunda yang banyak sekali bertentangan dengan keislaman.